Senin, 23 Maret 2009

Memerangi Nafsu Amarah


Ketika kamu bersinggungan dengan sesuatu , baik yang kau benci maupun yang kau sukai, maka ingatlah bahwa sesuatu itu tidak terlepas dari aspek rububiyyah (ketuhanan)Nya. Kau harus ingat bahwa penciptaan –Nyalah yang telah menciptakan sesuatu, bukan yang lain.
Apabila kau melihat kepada selainNya sebelum melihatNya maka kau telah melakukan kesalahan.
Dan jika kau memarahi orang lain, maka kau telah melakukan kesalahan yang tidak akan dilakukan oleh orang yang arif. Memarahi orang sama dengan memarahi hukum Tuhan-nya.
Jika kamu berpikiran bahwa sesuatu itu bukan perbuatan , kehendak, dan hukumNya, berarti kau telah merusak dan mengotori makrifat, padahal makrifat adalah sumber semua cahaya. Jika sumber sudah rusak maka cabangnyapun pasti ikut rusak.
Dengan berpikiran dan bertindak seperti itu, seolah olah kau telah mengalihkan ketuhanan dariNya kepada selainNya. Jika kau melakukan hal itu, maka kau harus segera bertobat seperti tobatnya orang yang menyembah berhala. Jika kau tidak segera bertobat, dikawatirkan kau tidak akan tobat selamanya.
Selain itu mintalah pertolongan kepada Allah untuk mengalahkan nafsu, karena Dialah yang menghembuskan, menggerakkan dan meredam jiwa untuk jadi rela, marah , adil atau aniaya.
Jiwa yang adil merupakan karunia Allah dan jiwa yang aniaya pun merupakan keadilan Allah, karena jiwa yang aniaya tidak berhak mendapatkan karunia –Nya, maka berlakulah baginya keadilan-Nya, yaitu derajadnya diturunkan..
Ketika kau tahu bahwa yang menciptakan, menggerakkan , mendiamkan dan mengguncangkan adalah satu, kemudian kau mengamati satu perkara dari perkara perkara yang ada di alam ini, maka kau akan membenci perkara itu dan menginginkan yang lain. Seakan kau membenci hikmah Yang Maha bijaksana yang mengurus segala urusan langit dan bumi , dunia dan akhirat; seakan kau menginginkan ilmu selain ilmu yang Maha agung yang dengannya Dia mengetahui yang lahir dan yang batin, yang tampak maupun yang tersembunyi.
Bila nafsu jahat telah menguasai seseorang maka ia akan bersikap sombong. Ia akan menganggap bahwa ilmunya lebih unggul daripada ilmu-Nya.
Maha suci Allah dari semua itu. Ia menganggap kemampuan dan kekuatannya dapat mengalahkan kekuasaan dan kekuatan Tuhan.
Sungguh sebuah kebodohan , kedunguan, kekejian, kehinaan , dan kesesatan yang amat nyata .
Kalu saja Allah bukan Yang Maha Pemurah lagi Maha Pengasih, niscaya orang sombong seperti itu telah dihancurkan . Maka bagiNya segala puji, karena Dia berhak atas segala puji, dan bagi jiwa kerdil itu segala caci , sebab ia berhak atas segala caci.


Disadur dari buku
Mata air kearifan. Al-Hakim al-Tirmidzi.
(serambi)

Tidak ada komentar: