Kamis, 24 Juli 2008

Jalani Hidup Apa Adanya



Anda dipastikan hidup dalam kesusahan namun anda pun menginginkannya bersih dari kotoran dan kekeruhan.

Inilah kondisi dunia yang tiada mengenakkan, menuntut banyak keletihan, menghadapi muka-muka masam dari orang lain, sering berganti warna, penuh duka, bertabur luka, dan anda hidup didalamnya dalam derita.

Anda tidak akan menemukan anak, istri, kawan, kemuliaan, tempat tinggal, dan profesi, melainkan semua itu mengandung hal yang menyusahkan dan terkadang menyakitkan. Redakan panasnya keburukan yang anda miliki dengan dinginnya kebaikan yang anda miliki; maka anda akan selamat. “Dan luka (pun) ada kisasnya”. (Qs. Al-Mai’dah (5): 45)

Allah menghedaki dunia ini dalam dua dimensi yang saling berbeda, bertolak belakang, bertentangan, dan berkesilangan: kebaikkan dan keburukan; kemashlihatan dan kerusakan; kebahagiaan dan kesedihan; dan begitu seterusnya. Allah kemudian memilih semua kebaikan, kemashlihatan, dan kebahagiaan dalam surga. Lalu, mengumpulkan semua keburukan, kerusakan, dan kesedihan dalam neraka.

Dalam sebuah hadist disebutkan, “Dunia ini terlaknat. Semua yang ada didalamnya juga terlaknat kecuali zikir kepada Allah, bersanding dengan-Nya, orang yang ‘alim, dan orang yang berusaha menjadi ‘alim.

Hiduplah sesuai dengan realitas hidup anda. Jangan pernah mengembara dalam nuansa khayalan. Terbanglah mengitari cakrawala keutamaan. Hadapilah dunia anda apa adanya.

Kuatkan diri anda untuk tetap hidup bersanding dan bersama-Nya. Tidak akan ada seorang sahabat anda didunia ini yang murni. Tidak ada urusan anda di dunia ini yang akan sempurna. Sebab, kemurnian dan kesempurnaan bukanlah diri dan sifat dunia.

Tidak akan ada istri anda yang sempurna. Dalam hadist disebutkan, “janganlah seorang mukmin membenci mukminah (istrinya); kalaupun ia tidak menyukai bentuk tubuhnya, maka ia akan senang dengan sisi yang lain.”

Yang paling baik kita lakukan ialah meluruskan, mengawasi, memaafkan, dan membuka hati atas kekurangan serta mengambil mana yang lebih mudah dan meninggalkan yang sulit. Kita menerima dengan lapang dada kemudian memperbaiki kesalahannya dan melupakan masalah itu.

“Barang siapa yang berpura-pura dalam segala hal, Ia akan diterkam taring dan diinjak-injak tapak hewan”

Dikutip dari buku Tenteram di Hati Tenang di Jiwa karya Aidh bin Abdullah Al-Qarni

Tidak ada komentar: