Nilai Silaturahmi
Orang yang bertakwa juga selalu menjaga silahturahi. Takwanya kepada Allah menjadikan tidak pernah memutuskan tali silahturahmi. Kata al-rahm diambil dari nama-Nya al-rahman. Diriwayatkan dari Ibn ‘Abbas r.a., bahwa Rasulullah saw. Bersabda : “Yang pertama kali diciptakan Allah adalah al-rahm. Kemudian ia diberi nama dari nama-Nya, al- rahman. Lalu ia memohon perlindungan dari al-qathiah (diputuskan oleh manusia). Kemudian Allah berkata kepadanya: ‘Aku telah menciptakanmu dan akan memutuskan orang yang memutuskanmu.”
Diriwayatkan bahwa Ka’ab berkata: “al-rahm membawa nama al-rahman. Orang yang menyambungkan akan disambungkan Allah dan orang yang memutuskannya akan diputuskan Allah.”
Al-rahm berasal dari al-rahmah. Ia merupakan salah satu penghubung antara Tuhan dan hamba-Nya.
Diriwayatkan bahwa Nabi Musa a.s berkata: “Ya Allah, beri aku wasiat (nasihat)!” Dia berkata: “Aku menasihatimu dengan silahturahmi kepada semua keturunan bapakmu, Adam a.s Musa berkata lagi: “Ya Allah, bagaimana aku bersilahturahmi kepada orang yang jauh kepada dariku, yang berada di timur dan dibarat bumi?” Tuhan menjawab, “Cintailah untuk mereka apa yang kamu cintai untuk dirimu!”
Ka’ab berkata: “Jika kau ingin menjalin silahturahmi dengan seluruh anak Adam, maka cintailah untuk apa mereka apa yang kau cintai untuk dirimu sendiri. Barang siapa yang bisa melakukan ini, maka perilaku dan makrifatnya sudah benar.”
Perjatikan sabda Rasulullah saw. Kepada nabi Abu Hurrayah: “Wahai Abu Hurrayah, cintailah untuk manusia apa yang kau cintai untuk dirimu sendiri, dengan begitu kau akan menjadi mukminin.” Silahturahmi adalah timbangan yang menimbang pengabdianmu kepada-Nya. Allah telah menjadikan sebagian hamba-Nya menjadi budakmu. Kau menuntut budakmu agar menuruti perintahmu dan mengikuti kemauanmu. Maka, sikap dan perbuatanmu kepada Tuhan harus seperti sikap dan perbuatan budakmu kepadamu. Apa yang kau -baik cintai untuk dirimu, cintai pula untuk sesamamu. Camkan ini baik-baik jika (kau menginginkan) penghambatan yang total kepad-Nya.
Sesungguhnya Allah telah menjadika rahmat (kasih sayang) sebagai jubah-Nya, kemudian sebagai selimut-Nya, dan keagungan sebagai serban-Nya, kemudian Dia menggantungkan jubah-Nya disisi Arasy lalu menciptakan al-rahm darinya. Kemudian Dia meletakkan al-rahm itu dalam itu dalam jasad manusia. Jadi, barang siapa yang menyambungkan al-rahm (besilahturahmi), berarti ia telah tersambung dengan jubah-Nya, dan barang siapa yang memutuskannya, berarti ia terputus dari jubah-Nya. Hal ini disebutkan dalam Kitab Taurat. Karena itu, Ka’ab tidak pernah mengunjungi orang yang memutuskan silahturahmi.
Diriwayatkan pula dari Rasulullah saw. Bahwa sesungguhnya rahmat tidak akan turun kepada suatu kaum jika di antara mereka ada orang memutuskan tali silahturahmi. Allah enggan menurunkan rahmat kepada mereka karena di tengah mereka ada orang yang memutuskan silahturahmi.
Rabb adalah nama-Nya, Allah juga nama-Nya, al-rahm berasal dari-Nya, apa (neraka) berasal cahaya-Nya, da hari akhir berasal dari kata kun (jadilah). Kata adalah kata sulthan (kekuasaan.
Dikutip dari buku mata air kearifan – Merenguk Ilmu Para Wali Allah , karya Al-Hakim al-Tirmidzi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar