Dikutip dari buku “Tokoh-Tokoh Besar Islam Sepanjang Sejarah”
Karya Syaikh Muhammad Sa’id Mursi
Namanya Malik bin Anas bin Malik bin Abi Amir Al-Ashbahy Al-Himyari yang biasa dipanggil Abu Abdullah, gelarnya Imam Dar Al-Hijrah. Dilahirkan di Madinah tahun 93 H. Seseorang yang tinggi tegap hidunya mancung, matanya biru, dan jenggotnya panjang. Baik perangainya, cerdas, cepat hafal dan faham A-Qur’an sejak masa kecilnya. Merupakan salah satu imam empat dan pemilik madzab yang banyak diikuti.
Dia berkata: “Saya tidak belajar kecuali unuk diri sendiri, dan saya tidak belajar agar supaya orang-orang membutuhkan saya.” Imam Syafe’i berkata: “Kalau tidak ada Imam Malik dan Ibnu ‘Uyainah, maka hilangnya ilmu dari negri Hijaz.” Imam Adz-Dzahabi berkata: “Ilmu fikih berhulu pada imam Malik, dan pendapatnya secara umum baik.” Madzhabnya terkenal dan tersebar di Maroko,
Pernah dipukuli dan disiksa sampai mengelupas kulit tangannya, karena dia berpendapat bahwa tidak jatuh talaknya orang yang dipaksa. Dan menolak permohonan Abu Ja’far Mansyur agar orang-orang yang membawa kitab Al-Muwatha, yang merupakan kitab jami dalam ilmu fikih dan hukum. Sufyan bin Uyainah berkata: “Imam Malik adalah pakar ilmu negri Hijaz, dan hujah pada zamannya.” Membahas kalimat “Hasbunallah wani’mal wakil”, ketika ditanya tentang masalah ini, dia menjawab: “Saya mendengar Allah Swt berfirman setelah ayat ini, dia menjawab: “Saya mendengar Allah Swt berfirman setelah ayat ini, “Fanqalabu bi ni’ matin minallahi wa fadhal.” Dia tidak pernah naik kendaraan ke kota Madinah walupun sudah lemah dan lanjut usia, karena menghormati negeri dimana Rasulullah Saw berpijak. Dia juga menghormati para khalifah tapi tidak mengharuskannya, pernah menerima hadiah dari Khalifah Al-Mahdi setelah hampir menolaknya. Dia berkata: “Ilmu adalah hutang, maka lihatlah dari siapa kalian mengambilnya.” Dia berkata: “Saya tidak berfatwa kecuali disaksikan oleh tujuh puluh orang, walupun mereka melarang saya, saya tidak berhenti.” Diriwayatkan dari Abu Huraiah ra bahwasannya Nabi Saw bersabda: “Dikhawatirkan orang akan memukuli hati unta untuk mencari ilmu, dan tidak menemukan seorangpun yang pandai di negeri Madinah.” Dan telah diriwayatkan dari Ibnu Uyainah bahwa dia ditanya: “Siapakah pakar dari Madinah?” ,dia menjawab : “Dialah Malik bin Anas.” (H.R Imam Tirmidzi dalam kitab Sunan, dan berkata hasan).
Seseorang datang meminta fatwa dalam suatu masalah, maka Imam Malik berkata : “Saya tidak mengetahuinya…” Orang itu berkata: “Saya telah mendatangi tokoh-tokoh semuanya memerintahkan untuk menanyakan hal ini kepadamu, bagaimana saya memberi tahu kepada keluargaku?” Imam berkata kepadanya: “Katakanlah kepada mereka, saya telah bertanya kepada Malik, dan dia menjawab: “Saya tidak mengetahuinya…” Harun Al-Rasyid mengutus agar dia datang mermberi ilmu, kemudian Imam Marik berkata: “Ilmu itu didatangi.” Maka Harun Al-Rasyid datang menemui di rumahnya dan bersandar pada dinding,” Malik berkata: “Termasuk penghormatan terhadap Rasulullah jika kita menghormati ilmu”, kemudian Harun menghadap Imam Malik dan diberi ilmu.
Karyanya antara lain Al-Muwatha, Risalah fi al-Qadr, Al-Sir, dan Risalah fi Al-Aqidhiyah. Karya Jalaluddin As-Suyuthi kitab Tazyinu Al-Mamalik bimanaqibi Imam Malik, dan karya Muhammad bin Zahrah kitab Malik bin Anas: Hayatuhu-‘Ushruhu. Wafat di Madinah tahun 179 H
Tidak ada komentar:
Posting Komentar